Rangkuman Bab 4: WACANA DAN PROPOSISI

03.48

a.     Pengantar
Wacana adalah rangkaian dari konsep, sementara proposisi adalah rangkaian dari term. Wacana, sebagaimana konsep, bersifat laten di dalam pikiran. Adapun proposisi, seperti term, bercorak manifest. Karena yang laten lebih dahulu muncul ketimbang yang manifest, maka wacana didahulukan pembahasannya.

b.    Wacana
Wacana mewakili tiga kata bahasa Inggris sekaligus, yaitu discourse, judgement, assertion. Sejatinya, hanya discourse yang berarti wacana. Namun di ranah logika, keputusan dan pernyataan punya pengertian yang sama dengan wacana, yaitu untaian konsep di dalam pikiran. Wacana dipilih karena lebih mengandaikan posisinya masih berada dalam rasio. Sementara keputusan dan pernyataan cenderung mengesankan kemunculan di dunia riil.
Sedikitnya ada tiga tahap membuat wacana. Pertama, pahami dua objek pikiran secara terpisah. Kedua, bandingkanlah dua objek pikiran yang sudah dipahami. Ketiga, persepsikan adanya kesepakatan atau ketidaksepakatan antara objek yang diperbandingkan.
Subjek pewacana bisa memunculkan wacana bijak, wacana lalai, wacana yakin, dan wacana ragu. Secara objektif, wacana sebagai wacana menghasilkan wacana langsung, wacana berperantara, wacana a priori, wacana a posteriori, wacana sempurna, dan tak sempurna.

1.      Wacana Subjektif
Wacana bijak adalah wacana yang dihasilkan oleh pikiran tenang, cermat, dan penuh kehati-hatian. Sebaliknya, wacana yang dihasilkan oleh pikiran kacau dan terburu-buru disebut wacana lalai.

2.      Wacana Objektif
Pertama, wacana langsung, yaitu pengertian tentang keterhubungan atau ketidakhubungan antara dua objek yang diperbandingkan melalui pengetahuan tentang kodrat objek-objek itu atau melalui pengalaman.

c.      Proposisi
Proposisi merupakan manifestasi dari wacana dalam mengaitkan beberapa entitas secara afirmatif atau negatif. Entitas yang dimaksud adalah Term. Apakah term yang satu diakui atau justru ditolak oleh term lain.

1.      Proposisi Kategoris
Kalimat berita yang terdiri dari dua term yaitu term subjek dan predikat. Dalam proposisi kategoris, term predikat kadang diakui atau diingkari oleh term subjek secara mutlak. Ketika pengakuan terjadi, kata adalah secara eksplisit atau implisit dipakai. Ketika pengingkaran yang dilakukan, kata bukan yang digunakan baik secara langsung maupun tidak. Pengakuan disebut afirmasi, sedangkan pengingkaran disebut negasi. Piranti pengakuan dan pengingkaran disebut Kopula.

2.      Proposisi Hipotesis
Karena ketiadaan syarat tertentu untuk mengafirmasi atau menegasikan sesuatu, proposisi kategoris disebut sebagai proposisi independen. Proposisi ini adalah perpaduan antara dua proposisi kategoris dengan perangkat tertentu, yang mengakibatkan proposisi yang satu bergantung pada proposisi yang lain. Proposisi ini pun dibagi menjadi tiga yaitu, proposisi kondisional, disjungtif, dan konjungtif.

a.      Proposisi Kondisional
Dua proposisi digabungkan oleh “jika…maka…” hingga membentuk proposisi kondisional. Di proposisi ini konsekuen harus mengikuti anteseden supaya menghasilkan proposisi kondisional yang benar.

b.      Proposisi Disjungtif
Merupakan proposisi hipotesis yang menggabungkan dua proposisi kategoris dengan perangkat “atau”. Ini terdiri dari proposisi inklusif dan eksklusif.

c.       Proposisi Konjugtif
Merupakan proposisi hipotesis yang terdiri dari dua proposisi kategoris yang dihubungkan oleh perangkat dari dua proposisi kategoris yang dihubungkan oleh perangkat “…tidak mungkin sekaligus… dan …”

d.    Penutup
Proposisi tak lain dari kalimat berita yang menginformasikan tentang sesuatu baik secara afirmatif maupun secara negatif.
Dengan mengetahui berbagai ragam proposisi dan parameter benar-salahnya, komunikator yang mempelajari logika dapat terhindar dari proposisi keliru dan dapat berkreasi dengan proposisi. Di situlah letak penting proposisi dan tentu saja wacana selaku pembentuknya bagi komunikasi.

Soal!

  1. Tidak semua laki-laki bersalah padamu
  2. Semua yang kujalani bersamamu taka da yang kulupakan
  3. Ada orang dari keluarga miskin yang sukses
---
  1. Di proposisi tersebut, subjeknya “laki-laki”. Predikatnya, “bersalah padamu”. Jadi, rangkaian dasarnya telah diketahui. Di awal proposisi itu ada satu kata “tidak”. Jadi, bisa dipastikan bahwa kualitasnya negatif, dan kopulanya “bukan”. Kata setelah “tidak” di permulaan proposisi itu adalah “semua”. Frasa “tidak semua” tentu lebih condong pada partikularitas, ketimbang universalitas;sebagian daripada semua.
  2. Di proposisi tersebut, subjeknya “bersamamu”, predikatnya tak ada yang kulupakan”. Itu adalah rangkaian dasarnya. Awal proposisi itu ada kata “Semua”. Jadi, cakupannya tanpa terkecuali. Frasa “tak ada” mengarah pada partikularitas.
  3. Pada proposisi itu, subjeknya “orang”. Predikatnya “dari keluarga miskin yang sukses.” Merupakan rangkaian dasar. Di awal terdapat kata “Ada”, jadi kualitas katanya tidak selalu negatif. Sekaligus kata “Ada” menunjukkan sebagian daripada semua.
-0-

Sumber: Maarif, Zainul, 2015 Logika Komunikasi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images